THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 23 Februari 2010

Perkembangan Agama Kristen Di Indonesia

Sejarah Kekristenan

Possibly from the 7th century onward Christian merchants from Persia and India came to Indonesia (North Sumatra and possibly Java), but they left only very faint traces. Mungkin dari abad ke-7 pedagang Kristen dari Persia dan India datang ke Indonesia (Sumatera Utara dan mungkin Jawa), tetapi mereka hanya meninggalkan jejak sangat samar. In the 16th century, the Portuguese brought Roman Catholicism to Halmahera, Ambon, and Nusatenggara Timur, and in the 17th century the extreme north of the archipelago was missionized by the Spanish from Manila. Pada abad ke-16, Portugis membawa Katolik Roma untuk Halmahera, Ambon, dan Nusatenggara Timur, dan pada abad ke-17 ujung utara kepulauan itu missionized oleh Spanyol dari Manila. This mission was hampered by its subordination to trade interests. Misi ini terhambat oleh subordinasi untuk kepentingan perdagangan. From 1546 Francis Xavier brought a fresh spirit. Dari 1546 Fransiskus Xaverius membawa semangat baru. After 1570, the mission suffered heavily from attacks by the sultanate of Ternate (North Moluccas). Setelah 1570, misi terkena dampaknya dari serangan oleh kesultanan Ternate (Maluku Utara). What remained of it was taken over and protestantized by the Dutch after 1605. Apa yang tersisa itu diambil alih dan protestantized oleh Belanda setelah 1605. Only in East Timor and Flores could the Portuguese maintain themselves and their religion. Hanya di Timor Timur dan Flores bisa orang Portugis mempertahankan diri mereka sendiri dan agama mereka.
Missionary activities were restricted by the Dutch East India Company (VOC, 1602-1799), which also forbade Roman Catholicism in its territories, to areas where they served its interests, ie, mainly to eastern Indonesia. Kegiatan misionaris dibatasi oleh Perusahaan India Timur Belanda (VOC, 1602-1799), yang juga melarang Gereja Katolik di wilayahnya, ke daerah-daerah di mana mereka melayani kepentingan-kepentingannya, yaitu, terutama untuk kawasan timur Indonesia. Even there, they were deployed in earnest mostly in areas which were vital to the VOC, like Ambon and the surrounding islands. Bahkan di sana, mereka dikerahkan dengan sungguh-sungguh terutama di daerah-daerah yang vital bagi VOC, seperti Ambon dan pulau-pulau sekitarnya. Christians were also found on a number of more remote islands as a result of the Portuguese-Spanish mission or of Protestant activities. Kristen juga ditemukan pada sejumlah pulau-pulau terpencil sebagai akibat dari misi Portugis-Spanyol atau kegiatan Protestan. But these groups were more or less neglected; they had no pastors or church councils and were rarely visited by ministers from the centers. Namun kelompok-kelompok ini lebih atau kurang diabaikan; mereka tidak mempunyai pendeta atau gereja dewan dan jarang dikunjungi oleh menteri dari pusat. The church could do little to improve this situation since organizationally and logistically it depended completely on the Company. Gereja tidak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki situasi ini sejak organisatoris dan logistik itu tergantung sepenuhnya pada Perusahaan. The complete Bible was available in Malay in 1733 (the New Testament in 1668). Alkitab lengkap tersedia di malay tahun 1733 (Perjanjian Baru pada tahun 1668). Formally, the Christianity brought by the Dutch was of the Ref type, the central (town) congr being led by church councils, which in some areas also had Indonesian members. Secara formal, kekristenan dibawa oleh Belanda adalah dari jenis Wasit, pusat (kota) congr yang dipimpin oleh dewan gereja, yang di beberapa daerah juga memiliki anggota Indonesia. However, due to geographical and political circumstances, there were no national or regional synods, the church council of Batavia acting as a kind of central governing body. Namun, karena keadaan geografis dan politik, tidak ada sinode nasional atau regional, dewan gereja Batavia bertindak sebagai semacam majelis pusat. Government influence in the church was very noticeable, but no more so than in Europe in the same period. Pengaruh pemerintah dalam gereja itu begitu jelas, tapi tidak lebih daripada di Eropa pada periode yang sama. Indonesians could only serve as unordained teacher-preachers without authority to administer the sacraments, or, in some centers, as members of the church council. Indonesia hanya bisa bertindak sebagai guru-unordained pengkhotbah tanpa wewenang untuk melaksanakan sakramen, atau, dalam beberapa pusat, sebagai anggota dewan gereja. As a result, in this period there were no Indonesian pioneers, and no first ordained leaders can be named. Akibatnya, dalam periode ini tidak ada Bahasa Indonesia perintis, dan tidak ada pemimpin ditahbiskan pertama dapat diberi nama. At the end of the 18th century, there were 55,000 Protestant Ref Christians and a smaller number of RCath in the archipelago. Pada akhir abad ke-18, ada 55.000 Wasit Kristen Protestan dan sejumlah kecil di kepulauan RCath.
In the 19th century, the situation changed. Pada abad ke-19, situasi berubah. In 1799, the Dutch state took over all assets of the bankrupt VOC. Pada tahun 1799, pemerintah Belanda mengambil alih semua aset VOC yang bangkrut. Freedom of religion was proclaimed (an influence of the French Revolution). Kebebasan beragama dinyatakan (suatu pengaruh Revolusi Perancis). As a consequence, Catholic priests could enter the country again (1808). Sebagai akibatnya, para imam Katolik yang bisa masuk ke negara lagi (1808). The existing Prot congr were organized into the Protestant Church in the Netherlands Indies , which had no mission work of its own because it was financed by the state, which professed to be neutral in religious matters. Prot congr yang ada diatur ke dalam Gereja Protestan di Hindia Belanda, yang tidak punya pekerjaan misi sendiri karena dibiayai oleh negara, yang mengaku bersikap netral dalam urusan agama. However, the way was also open to missionaries from the newly formed Prot missionary bodies. Namun, cara ini juga terbuka untuk misionaris dari yang baru dibentuk badan-badan misionaris Prot. Between 1811 and 1850, a number of English and Americans (Bapt, Meth, and Congreg) worked in Java and Sumatra (where two of them were murdered) and West Borneo/Kalimantan. Antara 1811 dan 1850, sejumlah bahasa Inggris dan Amerika (Bapt, Meth, dan Congreg) bekerja di Jawa dan Sumatra (di mana dua dari mereka dibunuh) dan Kalimantan Barat / Kalimantan. The first Dutch missionaries of the Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG, 1797) were put in charge of the neglected Christian parishes in Java and Eastern Indonesia. Misionaris Belanda yang pertama dari Nederlandsch Zendelinggenootschap (NZG, 1797) yang menempatkan bertanggung jawab atas diabaikan paroki Kristen di Jawa dan Kawasan Timur Indonesia. After 1830 the Dutch Prot missions gradually spread out to the neglected Christians in the outer regions, such as North Sulawesi and the Sangir archipelago, which had never been served by resident ministers or missionaries. Setelah tahun 1830 misi Prot Belanda secara bertahap menyebar ke diabaikan Kristen di luar daerah, seperti Sulawesi Utara dan kepulauan Sangir, yang belum pernah dilayani oleh penduduk menteri atau misionaris. At the same time, through the efforts of a number of lay people, Europeans and Eurasians, the Christian faith first put roots among the Javanese (± 1850). Pada saat yang sama, melalui upaya dari sejumlah orang awam, Eropa dan Eurasia, iman Kristen pertama kali akar di kalangan orang Jawa (± 1850).
In the meantime, as a result of theological conflicts, a number of new missionary bodies, most of which were informally linked with the Netherlands Reformed Church, came into being. Sementara itu, sebagai akibat dari konflik teologis, sejumlah misionaris baru tubuh, sebagian besar yang informal terkait dengan Gereja Reformasi Belanda, muncul menjadi ada. Most of these had a pietist outlook. Sebagian besar memiliki pandangan pietis. They started work in New Guinea (Irian, 1855), North Sumatra (1857), the North Moluccas (Halmahera, 1866), Central Sulawesi (1892) and South Sulawesi (1852/1913/1930). Mereka mulai bekerja di New Guinea (Irian, 1855), Sumatera Utara (1857), Maluku Utara (Halmahera, 1866), Sulawesi Tengah (1892) dan Sulawesi Selatan (1852/1913/1930). Southern Central Java and Sumba became the mission field of the Gereformeerde Kerken . Selatan Jawa Tengah dan Sumba menjadi bidang misi Gereformeerde Kerken. In 1836 the German Rheinische Mission (RMG), a united Lutheran-Ref body, started mission work among the Dayak in South Kalimantan, and in 1861 the first RMG missionaries arrived in North Sumatra. Pada tahun 1836, Jerman Rheinische Mission (RMG), yang bersatu-Ref Lutheran tubuh, mulai karya misi di kalangan Dayak di Kalimantan Selatan, dan pada tahun 1861 misionaris RMG pertama tiba di Sumatera Utara.After World War I the Basel Mission took over work in Kalimantan from the RMG. Setelah Perang Dunia I Basel Misi mengambil alih bekerja di Kalimantan dari RMG. These missions stressed the use of tribal languages instead of Malay, aimed at individual conversion, and kept the congr under close supervision, church independence being postponed until a long nurturing process resulted in sufficient Christian maturity. Misi ini menekankan penggunaan bahasa bukan suku malay, yang ditujukan untuk individu konversi, dan menyimpan congr di bawah pengawasan yang ketat, kemerdekaan gereja ditunda sampai proses pengasuhan yang panjang menghasilkan cukup kedewasaan Kristen. The Salvation Army came to Indonesia in 1894, the Advent in 1900, the American CMA in 1930. The Salvation Army datang ke Indonesia pada tahun 1894, masa Advent pada tahun 1900, CMA Amerika pada tahun 1930. After several Baptist missionaries had been working without any lasting result in the 19th century, Bapt reentered Indonesia in 1951. Setelah beberapa misionaris Baptis telah bekerja tanpa ada hasil yang langgeng di abad ke-19, Bapt masuk kembali ke Indonesia pada tahun 1951. The Pentecostal movement was brought from Europe and America around 1920. Gerakan pentakostal dibawa dari Eropa dan Amerika sekitar tahun 1920. In the 20th century the government allowed the Protestant Church to do missionary work in Sulawesi, the South Moluccas, and Timor. Pada abad ke-20 pemerintah membiarkan Gereja Protestan untuk melakukan pekerjaan misionaris di Sulawesi, Maluku Selatan, dan Timor.
The RCath concentrated their work in Flores (1860) and in Central Java (1894), but they also had important fields in North Sumatra (1878), West Kalimantan (1885), North Sulawesi (1868), Timor (1883), the Southeast Moluccas (1888), and Southern New Guinea (1905). RCath terkonsentrasi pada pekerjaan mereka di Flores (1860) dan di Jawa Tengah (1894), tetapi mereka juga memiliki ladang penting di Sumatera Utara (1878), Kalimantan Barat (1885), Sulawesi Utara (1868), Timor (1883), Tenggara Maluku (1888), dan Southern New Guinea (1905). They had a later start than the Prot, and in most of those territories a certain rivalry developed between RCath and Prot missions, which only diminished after 1960. Mereka punya kemudian mulai dari Prot, dan di sebagian besar wilayah tersebut persaingan tertentu dikembangkan antara Prot RCath dan misi, yang hanya berkurang setelah tahun 1960. From 1859 until 1902 all mission fields in Indonesia were served by the Jesuits; after 1902 most areas were gradually handed over to other orders and congr, the Jesuits retaining only the capital city of Batavia (Jakarta) and the culturally important region of Central Java. Dari 1859 hingga 1902 semua bidang misi di Indonesia dilayani oleh para Yesuit, setelah sebagian besar wilayah 1902 berangsur-angsur diserahkan kepada perintah dan congr lain, para Yesuit hanya mempertahankan ibukota Batavia (Jakarta) dan daerah penting secara budaya Jawa Tengah.
In colonial times missionary work was accompanied by the conviction that Western civilization and Western models of Christianity, and even Western people, were superior. Pada zaman kolonial karya misionaris didampingi oleh keyakinan bahwa peradaban Barat dan model-model Barat Kristen, dan bahkan orang-orang Barat, lebih unggul. As a consequence, throughout the 19th century no Indonesians were ordained as ministers or priests except by the RMG in North Sumatra (RMG, first 1885). Sebagai akibatnya, sepanjang abad ke-19 tidak ada orang Indonesia ditahbiskan sebagai menteri atau imam kecuali oleh RMG di Sumatera Utara (RMG, pertama 1885). In the Prot missions, and even more so in the Protestant church, there was a functional hierarchy in which Europeans invariably held the top positions. Dalam Prot misi, dan bahkan lebih lagi di gereja Protestan, ada hierarki fungsional di mana Eropa selalu memegang posisi teratas. Almost without exception Indonesian mission personnel worked as local teacher-preachers, with only a basic education. Hampir tanpa kecuali Zending Bahasa Indonesia bekerja sebagai guru lokal-pengkhotbah, hanya dengan pendidikan dasar. They served as the essential link between the “white” church government and the indigenous church members. Mereka bertugas sebagai hubungan penting antara "putih" pemerintahan gereja dan anggota gereja pribumi. In contrast with the VOC period, however, local church councils were established in purely Indonesian village congr. Berbeda dengan periode VOC Namun, dewan gereja lokal didirikan di desa congr murni Indonesia.
This is not to say that Indonesians received the Gospel in a passive way. Ini bukan untuk mengatakan bahwa Indonesia menerima Injil dalam cara yang pasif. Those who became Christians did so of their own will, consciously, and for their own reasons, which mostly were not those expected and often assumed by the missionaries. Mereka yang menjadi Kristen melakukannya akan mereka sendiri, secara sadar, dan untuk alasan mereka sendiri, yang kebanyakan tidak yang diharapkan dan sering dianggap oleh para misionaris. And in many areas Indonesians played a decisive role in bringing their fellow countrymen to the faith, often without any formal tie to the mission. Dan di banyak daerah Indonesia memainkan peran penting dalam membawa rekan-rekan senegara mereka kepada iman, sering tanpa dasi formal kepada misi.
In the 20th century things gradually changed. Pada abad ke-20 hal-hal yang secara bertahap berubah. Between 1878 and 1886, theological seminaries had been founded in North Sumatra, Java, North Sulawesi, and Ambon. Antara 1878 dan 1886, seminari teologi telah didirikan di Sumatera Utara, Jawa, Sulawesi Utara, dan Ambon. In 1934 a Theological Academy was established in Jakarta. Pada 1934 sebuah Akademi Teologi didirikan di Jakarta. The RCath opened their first seminary in Java in 1911 and in Flores in 1925. Para RCath membuka seminari pertama di Jawa pada 1911 dan di Flores pada tahun 1925. A number of Indonesians were ordained, and some of these worked on an equal footing with Europeans. Sejumlah orang Indonesia ditahbiskan, dan beberapa di antaranya bekerja pada pijakan yang sama dengan orang Eropa. The first RCath priest of Indonesian descent was ordained in 1926, and the first Indonesian bishop was consecrated in 1940. RCath pertama imam keturunan Indonesia ditahbiskan pada tahun 1926, dan Uskup Indonesia yang pertama ditahbiskan pada tahun 1940.Between 1927 and 1940 a number of Prot churches in North Sumatra, Java, North Sulawesi, and the Moluccas became independent. Antara 1927 dan 1940 sejumlah Prot gereja-gereja di Sumatera Utara, Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku menjadi mandiri. In consequence of the division of the mission field among the missionary societies, these churches were all of the regional and/or ethnic type. Sebagai akibat dari pembagian ladang misi misionaris di antara masyarakat, gereja-gereja ini semua daerah dan / atau jenis etnis. On the Prot side, Hendrik Kraemer (1922-1936 in Indonesia) was instrumental in bringing about this development. Di sisi Prot, Hendrik Kraemer (1922-1936 di Indonesia) adalah instrumental dalam membawa tentang perkembangan ini. However, European influence remained very strong even in the independent churches. Namun, pengaruh Eropa tetap sangat kuat bahkan di gereja-gereja independen. Until 1940, all synods were chaired by white missionaries, the general idea being that the character, moral soundness, and organizational abilities of the Indonesian Christians still had to be brought up to European level. Hingga 1940, semua sinode yang diketuai oleh misionaris kulit putih, ide umum adalah bahwa karakter, moral, kesehatan, dan kemampuan organisasi Kristen di Indonesia masih harus dibawa ke tingkat Eropa. In the meantime the number of Christians steadily grew; in 1941 there were about 1.7 million Prot and 600,000 RCath in a population of 60 million. Sementara itu jumlah orang Kristen terus tumbuh; pada tahun 1941 ada sekitar 1,7 juta Prot dan 600.000 RCath dalam populasi 60 juta.
In 1942 Indonesia was occupied by Japan. Pada tahun 1942 Indonesia diduduki oleh Jepang. In the confusion of the transition period there were bouts of persecution by fanatical Muslims in some areas. Dalam kebingungan dari periode transisi ada buti penganiayaan oleh fanatik Muslim di beberapa daerah. Christianity was tolerated by the Japanese, and, up to a certain point, protected, even if among the Dutch-oriented Ambonese scores of congregation leaders were killed. Kekristenan ditolerir oleh Jepang, dan, sampai titik tertentu, dilindungi, bahkan jika di antara orang Belanda yang berorientasi Ambon pemimpin jemaat puluhan tewas. The Japanese tried consistently to make the churches into channels for their war propaganda and confiscated almost all mission schools and hospitals. Jepang mencoba konsisten untuk membuat gereja-gereja ke dalam saluran untuk propaganda perang mereka dan menyita hampir semua misi sekolah dan rumah sakit. The churches were forced to join regional councils of churches ( Kiristokyo Rengokai ) which included mainline Prot, RCath, and other Prot groups. Gereja-gereja dipaksa untuk bergabung dengan dewan daerah gereja-gereja (Kiristokyo Rengokai) yang utama termasuk Prot, RCath, dan kelompok-kelompok Prot. Japanese clergy were sent to Indonesia and, within the narrow margins allowed them, succeeded in providing protection and practical assistance to the churches. Rohaniwan jepang dikirim ke Indonesia dan, dalam margin yang sempit diperbolehkan mereka, berhasil dalam memberikan perlindungan dan bantuan praktis kepada jemaat-jemaat.
Since nearly all foreign missionaries were interned, the war proved that Indonesian Christianity was able to govern itself. Karena hampir semua misionaris asing yang diinternir, perang agama Kristen membuktikan bahwa Indonesia mampu mengatur dirinya sendiri. The declaration of national independence in 1945, too, caused quick progress in church independence. Deklarasi kemerdekaan nasional pada tahun 1945 juga, menyebabkan kemajuan cepat di gereja kemerdekaan. Most Prot churches which had not been independent before the war became so between 1946 and 1949, following the war of independence (1945-1949), and their infrastructure expanded. Kebanyakan Prot gereja-gereja yang belum independen sebelum perang menjadi begitu antara tahun 1946 dan 1949, setelah perang kemerdekaan (1945-1949), dan infrastruktur mereka diperluas. A Christian publishing house was established. Penerbitan Kristen didirikan. Theological education grew quantitatively and qualitatively, most larger churches founding a theological school or faculty of their own. Pendidikan teologi tumbuh secara kuantitatif dan kualitatif, kebanyakan gereja-gereja yang lebih besar mendirikan sebuah sekolah atau fakultas teologi mereka sendiri. Christian universities sprang up in Pematangsiantar, Jakarta, Salatiga, and elsewhere. Universitas Kristen bermunculan di Pematangsiantar, Jakarta, Salatiga, dan di tempat lain. Leading Indonesian theologians were JL Ch. Teolog terkemuka di Indonesia JL Ch. Abineno, PD Latuihamallo, and SAE Nababan. Abineno, PD Latuihamallo, dan SAE Nababan. The laymen TSG Mulia and TB Simatupang were instrumental in founding and leading the Indonesian Council of Churches. Yang awam TSG Mulia dan TB Simatupang yang penting dalam mendirikan dan memimpin Dewan Gereja-gereja Indonesia. In politics J. Leimena and AM Tambunan can be mentioned. Dalam politik J. Leimena dan AM Tambunan dapat disebutkan. The status of the missionaries changed from that of guardians to fraternal workers. Status misionaris berubah dari wali untuk pekerja persaudaraan. In the RCath Church Indonesianization proceeded at a slower pace. Dalam Gereja RCath Indonesianisasi berjalan lebih lambat. The hierarchy was established in 1961, but of the bishops, Indonesians were not in the majority until 1979, and of the priests not until 1982. Hirarki didirikan pada tahun 1961, tetapi para uskup, Indonesia tidak dalam mayoritas sampai 1979, dan dari para imam tidak sampai tahun 1982. RCath set up an excellent infrastructure in education; their daily Kompas became the biggest newspaper in southeast Asia. RCath menyiapkan infrastruktur yang sangat baik dalam pendidikan; Kompas mereka sehari-hari menjadi koran terbesar di Asia Tenggara.
After World War II the growth of the church accelerated, especially in tribal societies, and in the aftermath of the 1965 coup d'état in Muslim Java as well. Setelah Perang Dunia II pertumbuhan gereja dipercepat, khususnya di masyarakat kesukuan, dan pada tahun 1965 setelah kudeta di Jawa muslim juga. In 1994 the number of RCath was reported to be 5.8 million (including East Timor); the number of Prot is more difficult to estimate but might be put at 13 to 16 million. Pada tahun 1994 jumlah RCath dilaporkan 5,8 juta (termasuk Timor Timur); jumlah Prot lebih sulit untuk memperkirakan, tapi mungkin akan meletakkan pada 13 untuk 16 juta. The government tends to give higher numbers, owing to the phenomenon that many people (especially in Java) have themselves registered as Christians even if they have no ties with a church. Pemerintah cenderung memberi angka yang lebih tinggi, karena adanya fenomena bahwa banyak orang (terutama di Jawa) telah terdaftar sebagai orang Kristen sendiri bahkan jika mereka tidak mempunyai ikatan dengan suatu gereja. Among the Prot, 45% belong to the Ref denomination, 25% are of a mixed Lutheran-Calvinist type, and 30% are members of Evangelical and Pentecostal church bodies. Antara Protein, 45% milik Wasit denominasi, 25% adalah campuran Calvinis Lutheran-jenis, dan 30% adalah anggota gereja Injili dan Pentakosta tubuh. It is to be noted that in 1950 the last group comprised about 1% of Indonesian Protestantism. Perlu dicatat bahwa pada tahun 1950 kelompok terakhir terdiri dari sekitar 1% dari Protestantisme Indonesia. Most of its growth came from outside existing Christian churches. Sebagian besar pertumbuhannya datang dari luar gereja-gereja Kristen yang ada.
The percentage of Christians (including RCath) is highest in the provinces of Eastern Indonesia, which are relatively thinly populated: East Timor (90%), Irian (85%), and NTT (75%); North Sulawesi follows with 55%. Persentase orang Kristen (termasuk RCath) ialah yang tertinggi di propinsi Kawasan Timur Indonesia, yang penduduknya relatif tipis: Timor Timur (90%), Irian (85%), dan NTT (75%); Sulawesi Utara berikut dengan 55%. Between 25% and 50% is Christian in the Moluccas, North Sumatra, and West Kalimantan; 10 to 25% in Central Sulawesi, Central and East Kalimantan, and the capital city of Jakarta; 5 to 10% in the Autonomous Region of Yogyakarta (Central Java) and South Sulawesi; 3 to 5% in Central and East Java and Southeast Sulawesi; 1 to 3% in Sumatra outside North Sumatra and South Kalimantan; under 1% in West Java, Bali, and West Nusatenggara. Antara 25% dan 50% adalah Kristen di Maluku, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat; 10-25% di Sulawesi Tengah, Tengah dan Kalimantan Timur, dan ibukota Jakarta; 5 hingga 10% dalam Otonomi Daerah Yogyakarta ( Jawa Tengah) dan Sulawesi Selatan, 3 sampai 5% di Jawa Tengah dan Timur dan Sulawesi Tenggara, 1 hingga 3% di Sumatra di luar Sumatera Utara dan Kalimantan Selatan; bawah 1% di Jawa Barat, Bali, dan Nusatenggara Barat. Of the total number of Christians, more than 25% are living in Java (mostly ethnic Javanese), more than 20% in North Sumatra (mostly Batak), less than 10% in Kalimantan (mostly Dayak), more than 10% in Sulawesi (mostly Minahasans and Torajans), and 30% in the rest of Eastern Indonesia. Dari jumlah orang Kristen, lebih dari 25% yang tinggal di Jawa (kebanyakan etnis Jawa), lebih dari 20% di Sumatera Utara (kebanyakan Batak), kurang dari 10% di Kalimantan (kebanyakan Dayak), lebih dari 10% di Sulawesi (kebanyakan Minahasans dan Torajans), dan 30% di seluruh Indonesia Timur. Of the RCath, 35% are living on the islands of Flores and Timor, the other areas of concentration being Java, West Kalimantan, and North Sumatra. Dari RCath, 35% hidup di pulau Flores dan Timor, daerah-daerah lain konsentrasi yang Jawa, Kalimantan Barat, dan Sumatera Utara.
Some characteristics of the development of the churches during the last decades are: the tendency to experiment with decentralizing and recentralizing the church order; expanding the confession formulas in church orders or even formulating new confessions of faith (of which eight were received between 1951 and 1984); the prospering of initiatives by Indonesian authors and composers to create new church hymns and church music; the broadening of ecumenical relations in general and aid relations in particular from the former mission body to churches and other organizations in other European countries, Australia, the United States, and, of course, Asia; the decreasing of the number of foreign church workers due to both government policy and the rising level of training of Indonesian theologians. Beberapa karakteristik perkembangan gereja-gereja selama dekade terakhir adalah: kecenderungan untuk bereksperimen dengan desentralisasi dan gereja recentralizing order; memperluas rumus pengakuan dosa di gereja perintah atau bahkan merumuskan pengakuan iman baru (yang delapan diterima antara tahun 1951 dan 1984 ); yang makmur inisiatif oleh penulis Indonesia dan komposer untuk menciptakan lagu-lagu pujian gereja baru dan musik gereja; perluasan hubungan ekumenis pada umumnya dan khususnya hubungan bantuan dari bekas tubuh misi gereja-gereja dan organisasi lainnya di negara-negara Eropa lainnya, Australia, Amerika Serikat, dan, tentu saja, Asia menurunnya jumlah pekerja gereja asing karena kebijakan pemerintah baik dan meningkatnya tingkat pelatihan teolog Indonesia.

0 komentar: